AKUNTANSI MULTINASIONAL : TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING
Pada saat menyusun
laporan keuangan, akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam
prinsip-prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang digunakan untuk
mengukur operasi entitas luar negeri. Sebagai contoh, anak perusahaan Indonesia
di Inggris memberikan laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan
dalam poundsterling, menggunakan sistem akuntansi Inggris yang berbeda dengan
metode akuntansi dan pengukuran di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia
secara umum harus melakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan
konsolidasi anak perusahaan di Inggris tersebut :
1. Menerima
laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling
2. Menyajikan
kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
3. Mentranslasikan
laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam
rupiah.Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan
menjadi nilai setara rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing
harus ditranslasikan menjadi nilai rupiah sebagai berikut :
Akun yang diukur dalam
unit mata uang asing × Nilai tukar
yang sesuai = Akun yang diukur dalam nilai setara rupiah
4. Mengonsolidasi
akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan , yang sudah diukur dalam
rupiah dengan akun-akun induk perusahaan.
PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Perbedaan
dalam prinsip akuntansi karena antara lain :
1.Kondisi
Perekonomian suatu negara
2.
Masalah Hukum
3.
Pendidikan dan Sistem Politik
4.
Perkembangan Teknologi
5.
Budaya dan Trandisi
5.
Faktor Ekonomi lainnya
Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang
sedang dalam penyusunan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh
mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan
mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara
internasional tersebut. Ada 14 anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh
bekerja secara full time untuk IASB. Susunan keanggotaanna dengan komposisi
sebagai berikut :
5 anggota berdasar latar belakang
auditor , 3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan ( dari
manajemen) , 3anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan , 1 anggota
berlatar belakang akademisi , 2 anggota lainnya dapat berlatar belakang dari
bidang lainnya.
IASB mengumumkan
sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan Keuangan Internasional
(International Financial Reporting
Standards- IFRS). Sebelum terbentknya IASB adalah International Accounting Standards Committe telah menerbitkan
International Accounting Standards
(IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga 2001. IASB mengadop IAS secara
keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS.IFRS
digunakan dibanyak negara di dunia termasuk , sebelum tahun 2005 digunakan oleh
350 perusahaan publik , sedangkan tahun 2005 sebanyak 7.000 perusahaan. Banyak
pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang
berlaku secara internasional akan meningkatkan diri investor di ppasar dan
meningatkan efisiensi pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan
berbagai pilihan investasi di berbagai negara.
Bentuk pelaporan
keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. JIka dihitung
berdasarkan kapitalisasi pasar , GAAP AS telah digunakan lebih dari separuh
perusahaan di dunia ini. Untuk
meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya
antara GAAP dan IFRS, maka pihak FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk
meningkatkan standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke
dua set standar tersebut . Pada bulan September 2002 , FASB menerbitkan "
The Norwalk Agreement"dimana baik FASB maupun IASB sepakat bekerjasama untuk
meningkatkan pelaporan keuangan dengan meminimalisasi perbedaan diantara
mereka.Usaha konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan
mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua
kelompok itu kembangkan.
PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL
Ada dua isu utama
yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang asing
pada rupiah Indonesia, yaitu :
1.
Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang
asing menjadi mata uang domistik ?
2.
Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ?
.Haruskah hal itu dimasukkan dalam laba rugi ?
Ada
tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang
asing menjadi rupiah :
1. Nilai Tukar Sekarang merupakan
nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca
2.
Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal
terjadi seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui.
3. Nilai Tukar Rata-rata merupakan
nilai tukar rata-rata selama suatu periode.
PSAK No.11
tentang Translasi Mata uang asing.
(PSAK11) memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari
mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK1 adalah menyajikan
hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari
pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam
laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi.
Sebagai contoh, jika margin bruto
pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing maka harus tetap
positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual ditranslasikan ke dalam
rupiah. PSAK11 mengadopsi mata uang
fungsional (functional currency) yang didefenisikan sebagai "mata uang
dari lingkungan ekonomi primer di mana
entitas tersebut beroperasi.Umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari
lingkungan dimana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas".
Mata uang fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan
operasional luar negeri:
1. Kegiatan yang dikelola sendiri dan
terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing itu beroperasi, dan
2. Kegiatan yang terpisah dari
lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya
Perusahaan Indonesia dapat saja
memiliki afiliasi asing di beberapa negara berbeda.Setiap afiliasi tersebut
harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-masing.
Indikator-indikator mata uang
fungsional :
Indikator
mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah ini
Arus Kas Arus kas yang
berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tersebut.
Harga jual Harga jual dalam jangka
pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai mata
uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar diekspor.
Beban Beban dipengaruhi perubahan nilai mata uang
Akan tetapi,
beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional yang berbeda dengan
mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk
perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir
semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk
PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris dapat menggunakan dolar sebagai
mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk pencatatan
akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang
rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar
transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen
produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia
yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris
tersebut.
DSAK telah
mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari
proses translasi tersebut :
a. Memberikan informasi yang secara
umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari perubahan nilai tukar
terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan
keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing entitas
konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan mata
uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai
transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka
transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsional
sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Penentuan
Mata uang Fungsional di Lingkungan dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Inflasi yang
sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga
tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata
uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang
lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi
seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas
asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi
yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur
translasi yang normal digunakan.
Nilai translasi
setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan
historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan
rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah penentuan
mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan secara
konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian mengharuskan
perubahan dalam penentuan mata uang fungsional afiliasi asing maka perubahan
akuntansi tersebut harus diperlakukan
sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan prospektif saja,
tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode sebelumnya.
TRANSLASI
VERSUS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING
Untuk menyajikan
kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah, terdapat dua metode
yang berbeda :
1. translasi laporan keuangan entitas
asing ke rupiah, dan
2. pengukuran kembali laporaan
keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut , selanjutnya
ditranslasi jika bukan dalam rupiah.
Translasi
adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata uang lokal adalah
mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di
Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan
keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih
dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif.Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate
methods).
Pengukuran
kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas
asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional
entitas asing.Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional
berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas
asing. Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura
yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang
fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang
pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang rupiah, tentu langsung
siap digabung dengan laporan induknya di Indonesia.
Metode yang
digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal kepada
mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset
dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi
pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang.
Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah
uang dalam mata uang fungsionalnya pos
nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan ,
biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar
dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan
menggunakan nilai rata-rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang
timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai
bagian dari laporan laba rugi.
Penerapan metode
temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang fungsionalnya
namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak diperlukan lagi
penyesuaian.
Tabel berikut
menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk
menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata
Uang Pembukuan dan Pencatatan Afiliasi
Luar Negeri.
|
Mata
Uang Fungsional
|
Metode
Pernyataan Kembali
|
Mata uang lokal ( yaitu mata uang
negara tempat afiliasi berlokasi )
|
Mata uang lokal
|
Translasi ke rupiah menggunakan
nilai tukar sekarang
|
Mata uang lokal
|
Rupiah Indonesia ( seperti yang
diharuskan dalam perekonomian hiperinflasi
|
Diukur kembali dari mata uang
lokal ke rupiah
|
Mata uang lokal
|
Mata uang negara ketiga ( bukan
mata uang lokal atau rupiah )
|
Pertama, diukur kembali dari mata
uang lokal ke mata uang fungsional, kemudian ditranslasikan dari mata uang
fungsional ke rupiah
|
Rupiah
Indonesia
|
Rupiah
Indonesia
|
Tidak
diperlukan pernyataan kembali, sudah dinyatakan dalam rupiah.
|
Afiliasi
asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah
afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan dalam unit mata ang lokal. mata
uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi
asing inidapat mereinvestasi mata uang
yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk
perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung
memengaruhi arus kas induk perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar
memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban ) afiliasi asing dan karena
itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut.
Kelompok
ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari
perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetspi secara
langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung
pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi atau
pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional. Diasumsiakan
bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap
aset neto afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan
Indonesia, sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan
Indonesia.
TRANSLASI
LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN
INDONESIA
Translasi laporan
keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporan
perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun
laporan laba rugi :
|
|
Pendapatan
dan beban
|
Umumnya,
nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan.
|
Akun
neraca:
|
|
Aset
dan kewajiban
|
Nilai
tukar sekarang pada tanggal neraca
|
Ekuitas
pemegang saham
|
Nilai
tukar historis
|
Penyajian
Laporan Keuangan dari Selisih Translasi
Selisih translasi
dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk periode
tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama
tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian
ke pemilik. Pendapatan komprehensif
termasuk laba neto dan "pendapatan komprehensif lainnya"
yang merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain
pemilik ( yaitu bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode
berjalan. PSAK mengharuskan laporan
pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos
utama yang menjadi bagian dari pendapatan
komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode
berjalan , keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk
dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam
kewajiban pensiun minimum.
Akun akumulasi
Pendapan Komprehensif lainnya – Selisih Translasi mempunyai saldo kredit karena
kurs tunai pada akhir periode pertama kepemilikan lebih tinggi dari kurs pada
awal periode atau kurs rata-rata periode tersebut.
Ayat
Jurnal pada Pembukuan Induk Perusahaan. Ayat jurnal perusahaan induk
perusahaan dibuat untuk mengakui nilai setara rupiah dari bagian induk perusahaan
atas laba anak perusahaan, amortisasi selisih biaya perolehan dengan nilai
buku, selisih translasi kumulatif dari diferensial dan dividen yang dierima
drai anak perusahaan luar negeri. Selain itu, induk perusahaan harus mengakui
bagiannya atas selisih translasi yang timbul dari translasi laporan keuangan
anak perusahaan. Beban periodik dalam selisih translasi induk perusahaan dari
investasi luar negeri dilaporkan sebagai komponen pendapatan komprehensif
lainnya induk perusahaan.
PSAK
11 mengharuskan alokasi dan amortisasi dari diferensial antara investasi dan
nilai bukunya dilakukan dalam konteks mata uang fungsional anak perusahaan dan
jumlah tersebut kemudian ditranslasi menggunakan kurs yang sesuai dalam kertas
kerja pada tanggal neraca.
Amortisasi
periodik mempengaruhi laporan laba rugi dan karenanya diukur menggunakan kurs
rata-rata yang digunakan untuk mentranslasi akun laporan laba rugi. Di lain
pihak, sisa saldo diferensial yang belum diamortisasi dilaporkan dalam neraca
dan ditranslasi menggunakan kurs sekarang yang digunakan untuk akun neraca. Pengaruh
dari perbedaan kurs tersebut disajikan dalam selisih translasi induk perusahaan
sebagai revisi dari bagian investasi awal induk perusahaan di anak perusahaan.
Kertas kerja konsolidasi setelah akuisisi. Kertas
kerja konsolidasi disusun setelah proses translasi selesai. Proses konsolidasi
sama dengan anak perusahaan domestik, kecuali untuk dua perbedaan utama : (a)
induk perusahaan akan mencatat bagian selisih translasi yang timbul dari translasi
akun anak perusahaan luar negeri. Maka kepemilikan minoritas akan mendapat
alokasi sebesar bagian persentasenya atas selisih translasi. (b) amortisasi
paten untuk periode berjalan ditranslasikan menggunakan menggunakan kurs laba
rugi, sedangkan saldo akhir paten ditranslasikan menggunakan kurs neraca.
Kepemilikan Minoritas pada Anak
Perusahaan Luar Negeri
Sebagian
besar perusahaan Indonesia lebihsukauntukmemiliki 100% anak perusahaan luar negerinya.
Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang lebih efisien atas anak perusahaan
dan tidak ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepemilikan
minoritas. Akan tetapi, jikaanakperusahaanluarnegeritidakmemlikisepenuhnya,
maka kepemilikan minoritas harus dihitung dan diperlakukan. Satu-satunya perbedaan
alokasi selisih translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak
perusahaan luar negeri.
Pengukuran kembali pembukuan ke dalam
mata uang Fungsional
Metode
kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah
adalah pengukuran kembali.Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagaimana
translasi, terdapat beberap asituasi di mana mata uang fungsional dari afiliasi
asing bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi dimana
tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan
atau dikondisikan dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi,
kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan
dalam translasi yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun
afiliasi asing.
Dalam
sebagian besar kasus afiliasi asing dapat dianggap alat produksi atau penjual
langsung dari perusahaan Indonesia, tetapi menggunakan mata uang lokal untuk
mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang
berlokasi di Negara dengan tingkat inflasi yang sangattinggi, yang
didefinisikan sebagai negara dengan tingkat inflasi kumulatif lebih dari 100%,
harus menggunakan rupiah dengan mata uang fungsional. Dan laporan keuangannya
diukur kembali menjadi rupiah.
Proses pengukuran kembali
harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-akan transaksi entitas luar
negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa
transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah
menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi awal terjadi.
Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan non moneter.
Asset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka
panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang mempunyai jumlah yang tetap
dalam unit mata uang adalah akun-akun seperti persediaan dan asset tetap yang
nilainya tidak tetap dalam unit moneter.
Oleh
karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca percobaan matauang
asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara rupiah tidak akan
sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Penyajian Laporan Keuangan dari
Keuntungan atau Kerugian Pengukuran Kembali.
Setiap
keuntungan atau kerugian yang timbul dalam proses pengukuran kembali dimasukkan
dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam ”Pendapatan lain –
lain”. Digunakan beberapa nama akun, seperti Keunutngan (Kerugian) Mata Uang
Asing, Keuntungan (Kerugian) Mata Uang, Keuntungan (Kerugian) Nilai Tukar, atau
Keuntungan (Kerugian) Pengukuran Kembali. Pos “Keuntungan (Kerugian) Pengukuran
Kembali” digunakan di sini karena nama ini yang paling menggambarkan sumber pos
tersebut. Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan
laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam
rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode
berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yang diharuskan untuk penilaian
transaksi luar negeri yang didenominasi dalam mata uang asing. Setelah
menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan entitas luar negeri
akan disajikan seakan – akan rupiah telah digunakan untuk mencatat transaksi
dalam mata uang lokal pada saat terjadinya.
Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak
Perusahaan Luar Negeri
Untuk
menyajikan pengukuran kembali laporan keuangan, akan digunakan lagi contoh
German Company. Satu – satunya perbedaan dengan contoh transaksi sebelumnya dan
contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri
sekarang diasumsikan sebagai rupih bukan euro Eropa. German Company dalam
pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan laporan yang
diharuskan pemerintah Jerman. Oleh karena rupiah adalah mata uang fungsioanl,
maka laporan keuangan German Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah
laporan keuangan afiliasi luar negeri diukur kembali, maka proses konsolidasi
akan sama dengan anak perusahaan domestik.
Akun
– Akun Yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis
Efek
Berharga
|
a.
Efek ekuitas
b.
Efek Utang yang tidak niatkan untuk
dipegang sampai jatuh tempo
c.
Persediaan
d.
Biaya Dibayar di Muka seperti
asuransi, iklan, dan sewa
e.
Aset Tetap
f.
Akumulasi depresiasi atau Aset
Tetap
g.
Paten, merek dagang, lisensi, dan
formula
h. Goodwill
i.
Aset Tak Berwujud Lainnya
j.
Beban dan kredit ditangguhkan,
kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa
k.
Pendapatan ditangguhkan
l.
Saham Biasa
m.
Saham Preferen yang dicatat pada
harga dikeluarkan
|
Pendapatan
dan Beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh ;
|
a.
Harga Pokok Penjualan
b.
Depresiasi aset tetap
c.
Amortisasi aset tak berwujud
seperti paten, lisensi, dan lain – lain
d.
Amortisasi beban dan kredit
ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk
perusahaan asuransi jiwa
|
Pengukuran Kembali Neraca Percobaan
Anak Perusahaan Luar Negeri Setelah Akuisisi
Neraca percobaan anak perusahaan harus
diukur kembali dari euro Eropa menjadi rupiah. Kurs sekarang yang digunakan
untuk mengukur kembali akun – akun nonmoneter, dan kurs historis yang sesuai
digunakan untuk tiap akun nonmoneter.
Tiga
pos memerlukan perhatian khusus. Pertama, aset tetap diukur kembali menggunakan
kurs historis pada tanggal induk perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar
negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap tambahan aset tetap tersebut
akan diukur kembali menggunakan kurs pada tanggal pembelian aset tetap tambahan
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk pos nonmoneter lainnya. Penting untuk
memunyai catatan perolehan atau pelepasan aset nonmoneter dan ekuitas anak
perusahaan setelah akuisisi saham anak perusahaan luar negeri, untuk memastikan
penggunaan kurs yang sesuai untuk mengukur kembali pos – pos tersebut. Ingat
kembali bahwa penggabungan usaha diperlakukan sebagai pembelian; karena itu,
kurs historis yang sesuai adalah kurs tunai pada tanggal induk perusahaan
membeli saham anak perusahaan luar negeri. Jika penggabungan usaha diperlukan
sebagai penyatuan kepemilikan, maka kurs
historis yang sesuai adalah kurs pada tanggal anak perusahaan mengeluarkan
saham awal dan dan memeroleh aset nonmoneter, bukan tanggal induk perusahaan
mengakuisisi saham anak perusahaan.
Kedua,
harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.
Persediaan awal diperoleh pada saat kurs Rp. 16.000 = € 1. Pembelian persediaan
dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata – rata Rp.
17.000 = € 1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi,
contoh ini mengasumsikan persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalah
Rp. 17.800 = € 1 dan digunakan metode persediaan FIFO.
Ketiga,
beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban depresiasi diukur
kembali pada kurs Rp. 16.000 = € 1 karena terkait dengan akun nonmoneter, Aset
Tetap, yang diukur kembali menggunakan kurs historis Rp. 16.000 = € 1. Kurs
rata – rata digunakan untuk mengukur kembali beban operasi lainnya, karena
diasumsikan terjadi merata sepanjang tahun.
Ikhtisar Translasi dan Pengukuran
Kembali
Pada saat mata uang fungsional adalah rupiah, maka pos
nonmeter di neraca akan diukur kembali menggunakan kurs historis. Dalam contoh
ini, kurs langsung telah meningkat selam aperiode berjalan; sehingga akun
nonmeter lebih rendah pada saat diukur kembali dibandingkan saat ditranslasi.
Ikhtisar Proses
Translasi dan Pengukuran Kembali
Pos
|
Proses Translasi
|
Proses Penukuran Kembali
|
Mata uang
funsional luar negeri
|
Unit mata uang
lokal
|
Rupiah indonesia
|
Metode yang
digunakan
|
Metode kurs
sekarang
|
Metode moneter-non
moneter
|
Akun-akun
laporan laba rugi :
|
|
|
·
Pendapatan
|
Kurs rata-rata
tertimbang
|
Kurs rata-rata
tertimbang, kecuali pendapatan terkait dengan pos nonmoneter(kurs historis)
|
·
Beban
|
Kurs rata-rata
tertimbang
|
Kurs rata-rata
tertimbang, kecuali pendapatan terkait denan pos nonmoneter (kurs historis)
|
Akun-akun
Neraca:
|
|
|
·
akun-akun
moneter
|
Kurs sekarang
|
Kurs sekarang
|
·
akun-akun
nonmoneter
|
Kurs sekarang
|
Kurs sekarang
|
·
akun-akun modal
pemeang saham
|
Kurs historis
|
Kurs historis
|
·
saldo laba
|
Saldo laba
periode sebelumya ditambah laba dikurangi dividen
|
Saldo periode
sebelumnya ditambah laba dikurangi dividen
|
Selisish kurs
yang timbul dari proses
|
Selisih
translasi dilakukan di ekuitas pemegang saham
|
Keuntugan atau
kerugian pengukuran kembali yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode
berjalan.
|
INVESTASI LUAR
NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak
perusahaan luar negeri sesuai denan PSAK
No 4 “laproan keuangan konsolidasi”. Dalam beberapa kasus, anak perusahaan
tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang digunakan untuk anak
perusahaa luar negeri. Umumnya, induk perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan
luar negeri kecuali jika salah satu kondisi berikut sangat ketat sehinga tidak
dapat melaksanakan tingkat penendalian ekonomis atas sumber daya dan operasi
keuangan seperti berikut ini :
1.
pembatasan
pertukaran mata uang asing di neara asing
2.
pembatasan
transfer properti di neara asing
3.
ketidakpastian
lain yan gditerapkan oleh pemerinath
anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi
dilaporakan sebagai investasi dalam neraca perusahaan indonesia. peruashaan
investor indonesia harus menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemempuan
untuk menggunakan pengaruh signifikan atas kebijakan keuangan dan operasional
investee.
Jika metode ekuitas digunakan unruk anak perusahaan
luar negeri yang tidak dikonsolidasi, laporan keuangan investee diukur kembali
atau ditranslasi tergantung pada penentuan mata uan fungsional. Terdapat
pendekatan singkat untuk translasi : kalikan laba bersih afiliasi asing yang
diukur dalam unit mata uang asing dengan kurs rata-rata selama periode berjalan
kemudian mengakui presentase saham induk perusahaan atas laba bersih hasil
translasi
Likuidasi
Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi translasi terkait langsung
dengan invesatasi perusahaan di entitas luar negeri. Jika investor menjjual
sebagian besar investasi sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro rata dari
akun akumulasi selisish translasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukkan
dalam perhitungan deuntungan atau kerugian pelepasan investasi.
Lindung
Nilai di Anak Perusahaan Luar Negeri
PSAK 55 memperbolehkan
lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri, sebagai contoh,
PT induk mempunyai investasi bersih sebesar €50.000 di anak perusahaan german,
yang di bayar dengan harga Rp. 660.000.000, PT Induk dapat memutuskan untuk
melindung nilai investasi bersih dengan melakukkan kotrak kurs dimuka untuk
mejual euro, atau perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK
55 menetapkan bahwa keuntungan atau kerugian dari bagian efektif lindung nilai
investasi bersih dimasukkkan dalam pendapaatan komprehensif lainnya sebagai
bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah pengganti kerugian untuk pendapatan
konprehensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk investasi bersih. Sebagai
contoh, jika digunakan nilai tukar di muka untuk mengukur efektifitas, jumlah
pengganti kerugian dibatasi sebsar perubahan kurs tunai periode tersebut.
Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung nialai harus diakui dalam
laba periode berjalan.
Sebagai contoh, pada
tanggal 1 januari 20x1, PT Induk memutuskan untuk melakukan lindung nilai
bagian investasinya yang baru saja dilakukan di german company yang terkaiit
dengan nilai buku aset bersih German company. Pt induk tidak yakin dengan kurs
langsung euro akan meningkat atau menurun untuk tahun tersebut dan ingin
melindung nilai investasi aset bersihnya, pada tanggal 1 januari 20x1,
kepemilikan 100% PT Induk atas aset bersih German company sama dengan €50.000
(€40.000 saham biasa di tambah €10.000 saldo laba). PT Induk meminjam €50.000,
pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di German company, dan
modal serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 januari 20x2.
Ayat jurnal pada
pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai investasi bersih adalah sebagai
berikut.
1 januari 20x1
(19) Kas 800.000.000
Utang Pinjaman(€) 800.000.000
Meminjam utang yang didominasi dalam
euro untuk lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan German
Rp.800.000.000= €50.000 x 16.000 kurs tunai
31 Desember 20x1
(20) Pendapatan Konprehensif lainnya 100.000.000
Utang pinjaman (€) 100.000.000
Menilai
kembali uatang yang didominasi dalam amata uang asing berdasarkan kurs tunai
akhir periode:
Rp 100.000.000 = €50.000 x (Rp18.000 –
Rp16.000)
(21) Beban bunga 42.500.000
Kerugian translasi mata uang asing
2.500.000
Utang
bunga 45.000.000
Akru beban dan utang bunga atas utang
euro:
Rp42.500.000 = €50.000 x 0,05 bunga x
17.000 kurs rata-rata
Rp45.000.000 = €50.000 x 0,05 bunga x
18.000 kurs tunaiakhir periode
(22) Akumulasi pendapatan komprehensif
lainnya –selisih
Translasi 100.000.000
Iktisar Laba rugi 2.500.000
Kerugian
transaksi mata uang asing 2.500.000
Pendapatan
komprehensif lainnya 100.000.000
Sehingga, pada saat modal bunga dibayar
pada tanggal 1 januari 20x2, di buat ayat jurnal berikut.
1 januari 20x2
(23) Utang bunga (€) 45.000.000
Utang pinjaman (€) 900.000.000
Kas
945.000.000
Menutup akun nominal terkait dengan lindung
nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri.
Selama tahun 20x1 PT
Induk melindung nilai bagian dari aset bersih investasinya di anak perusahaan
luar negeri, Rupiah melemah terhadap euro (kurs langsung meningkat) dan PT Induk
akan mengakui keuntungan dari investasi aset bersih dan kerugiann pembayaran
kewajiban dalam euro.
Tanpa lindung nilai aset bersih PT Induk
akan melaporkan saldo kredit sebesar Rp. 117.125.00 dalam bagian kumulatif
translasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lainnya (Rp.117.125.000=
Rp.110.000.000 + 7.125.000 penyesuaian deferensial). Dengan lindung nilai
investasi bersih PT Induk akan melaporkan hanya Rp. 17.125.000 (Rp.117.125.000
– Rp.100.000.000 efek lindung nilai) sebagai perubahan dalam selisih transalasi
kumulatif untuk tahun 20x1, oleh karena itu , PT Induk menyeimbangkan sebagian
eksponsur bersih dari investasi aset bersih 1 januari 20x1 di German company.
Catat
juga jumlah penggantinya kerugian dari pendapatan komprehensif lainnya dibatasi
sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan penilaian kembali aset
bersih, setiap selisih lebih dalam kasus ini kerugian Rp. 2.500.000 dari
penilaian kembali utang bunga dalam ayat jurnal (21), dimasukkkan dalam laba
berjalan di laporan laba rugi.
Keharusan
pengungkapan
PSAK
10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang
dimasukkan dalam laba diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam
catatan atas laoran keuangan.
Dalam model translasi, perubahan berkala
dalam selisih translasi dilaporkan sebagai elemen perndapatan komprehensif
lainnya, sebagai yang diharuskan oleh PSAK 11, Figur 12-11 menyajikan
pendekatan dua laporan keuangan untuk
menampilkan pendapatan komprehensif. Laporan perubahan ekuitas konsolidasi
menyajikan perincian pendapatan komprehensif induk perusahaan sebesar Rp.
117.125.000 figur 12-12 menyajikan laporan ekuitas yang merekonsilisi semua
elemen ekuitas semua pemegang saham. Neraca akan menampilkan saham biasa, saldo
laba, dan akumulasi pendapatam komprehensif lainnya dalam bagian dari perubahan
kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap transaksi mata
uang asing ayng belum diselesaikan, jika signifikan.
PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUNTANSI UNUK
OPERASI ENTITAS LUAR NEGERI
Bagian
ini membahas bagian khusus dalam akuntansi untuk perusahaan multinasional.
Walaupun beberapa dari pertimbangan tambahan ini sangat teknis, pembelajaran
bagian ini akan menambah pemahaman anda atas berbagai isu akuntansi untuk
entitas luar negeri.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas
adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan mempunyai kebebasan dan
fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa
akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam
rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untk tujuan neraca dan
laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi
dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang
untuk selisih kurs dalam laporan arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis
dan ditelusuri ke akun spesifik yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi
tidak mempengaruhi perubahan arus kas periode tersebut.
Penilaian persediaan nilai terendah
antara biaya perolehan dan nilai pasar dalam pengukuran kembali
Penerapan
antara nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan
memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang percatatan bukan mata uang
fungsional. oleh karena itu , laporan keuangan entitas asing harus di ukur
kembali ke dalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis harus di ukur
kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk menentukan nilai biaya
perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil
pengukuran kembali ini di bandingkan dengan nilai pasar dari persediaan yang di
translasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan
biaya perolehan dan nilai pasar yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional,
dan untuk mengakui apakah di perlukan penurunan nilai ke nilai pasar.
Perbandingan di lakukan dalam mata uang fungsional, bukan mata uanag lokal atau
pelaporan sehingga memungkinkan adanya penurunan nilsi dalam laporan keuangan
mata uang fungsional. Tetapi tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada
dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam laporan keuangan
konsolidasi.
Transaksi antar perusahaan
Sebuah induk perusahaan
atau kantor pusat indonesia dapat mempunyai transaksi penjualan atau pembelian
antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang atau
utang antar perusahaan .
Jika transaksi mata uang
asing antar perusahaan tidak di lunasi dalam waktu dekat , maka transaksi antar
perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi bersih di entitas luar
negeri.selisih tranlasi dari piutang atau utang jangka panjang di tangguhkan
dan di akumulasi sebagai bagian dari akun tranlasi kumulatif.
Salah satu masalah yang
menarik yang timbul adalah pada saat terjadi keuntungan yang belum di
realisasikan dari transaksi antara induk perusahaan dan anak perusahaan luar
negeri. Masalahnya adalah bagaimana mengeliminasi keuntungan lintas mata uang
yang nilainya relatif berubah dibandingkan mata uang lain.
Pajak Penghasilan
Diharuskan
alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer dalam pengakuan
pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak.
Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing
mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba tetapi
tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
(29)
Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi x.xxx
Utang Pajak Penghasilan x.xxx
Translasi
Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional
Terdapat beberapa kasus di mana anak perusahaan
mempunyai pembukuan dan pencatatan dalam unit mata uang lokal tetapi mempunyai
mata uang ketiga sebagai mata uang fungsional. Sebagai contoh, asumsikan anak
perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan dalam mata uang lokal,
euro. Jika anak perusahaan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam franc
Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc Swiss adalah mata uang
fungsional anak perusahaan.
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan
dalam mata uang fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut.
1.
Mengukur kembali
laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Dalam contoh
kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro akan diukur kembali ke dalam
franc Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang diilustrasikan
sebelumnya dalam bab ini. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakan
dalam mata uang fungsional entitas, yaitu franc Swiss.
2.
Laporan keuangan
yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian ditranslasikan ke dalam rupiah
menggunakan proses translasi yang diilustrasikan dalam bab ini.
Sebagaimana dijelaskan, hal ini jarang terjadi dalam
praktik tetapi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan
yang mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam mata uang selain mata uang
negara tempatnya berlokasi. Pembahasan ini mengindikasikan bahwa penting untuk
pertama-tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai
proses translasi.
Ikhtisar
Konsep-konsep Penting
Penyajian
kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode translasi atau metode pengukuran kembali, tergantung
mata uang fungsional entitas luar negeri. Sebagian besar laporan keuangan
afiliasi luar negeri ditranslasikan menggunakan metode kurs sekarang karena
umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang fungsional. Jika rupiah adalah mata
uang fungsional, maka digunakan pengukuran kembali untuk mengubah laporan
keuangan entitas luar negeri dari mata uang lokal ke dolar. Pemilihan mata uang
fungsional memengaruhi penilaian akun entitas luar negeri yang dilaporkan
keuangan konsolidasi.
Karena
translasi atau pengukuran kembali dilakukan dengan kurs yang berbeda untuk
akun-akun neraca dan laporan laba rugi, maka dalam proses tersebut muncul pos
penyeimbang yang disebut “selisih translasi” atau “keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali”. Selisih translasi dibagi secara proporsional antara induk
perusahaan dan kepemilikan minoritas. Bagian induk perusahaan, disesuaikan
dengan pengaruh diferensial yang dibayarkan untuk investasi, dilaporkan sebagai
komponen pendapatan komprehensif lainnya dan kemudian diakumulasikan dalam
bagian ekuitas pemegang saham dalam neraca konsolidasi. Bagian kepemilikan
minoritas yang dilaporkan dalam neraca konsolidasi. Keuntungan atau kerugian
pengukuran kembali dilaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Translasi muncul karena adanya kebutuhan untuk mengkonversi laporan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri yang menggunakan mata uang lokal kedalam mata uang negara asal untuk tujuan konsolidasi dan pelaporan. Ketidakseragaman standar diberbagai negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan pengguna laporan keuangan. Beberapa negara mengembangkan prinsip akutansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas pajak. Negara lain mempunyai prinsip akutansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintah pusat sebagai perencana ekonomi. Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui penerapan prinsip akutansi yang berlaku umum.
BalasHapusPada setiap tanggal neraca baik interim maupun tahunan, saldo akun yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang pelaporan dari suatu entitas harus disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kurs selama periode tersebut sejak tanggal neraca terakhir atau sejak tanggal transaksi mata uang asing jika transaksi tersebut terjadi pada periode yang bersangkutan.
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional suatu entitas, entitas perlu menerapkan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara prospektif sejak tanggal perubahan itu. Metode pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Besar kecilnya manfaat translasi tergantung pada seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di luar negeri. Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh cabang di luar negeri, semakin besar persentase perkiraan-perkiraan laporan keuangan yang mudah terpengaruh akibat translasi.